BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 22 November 2009

Sahur on the Road

Beberapa tahun belakangan ini tercipta sebuah kebiasaan atau trend baru dalam sosialitas, yaitu “Sahur on the Road”. Sesuai dengan nama acaranya, Sahur on the Road, maka acara ini adalah pembagian sahur di jalan-jalan, sasaran sahur on the road adalah membagikan makanan sahur kepada orang-orang yang tidur dijalanan, serta mereka yang masih saja bekerja di waktu kita menikmati sahur. Setiap datangnya bulan suci ramadhan, banyak kelompok sosial entah itu dari kelompok mahasiswa, karyawan, artis, ustad kondang, atau genk-genk motor yang menggunakan event ini sebagai kegiatan sosial, membagikan makanan untuk sahur, kepada orang-orang yang tidur dipinggir jalan selain membagikan makanan untuk sahur ada juga yang membagikan sembako serta membangunkan para pekerja(tukang pembersih jalan, tukang aspal, tukang becak, penjaga pitu rel kereta api, polisi yang sedang bertugas, dll) dipinggir jalan yang tengah terlelap tidur, Selain tujuannya untuk membagikan makanan sahur, tentunya untuk membangkitkan kembali gairah berpuasa mereka, paling tidak dengan pembagian sahur cuma-cuma ini mereka tergerak hatinya kembali untuk berpuasa, sebuah tujuan mulia untuk kembali meningkatkan ibadah puasa di akhir bulan Ramadhan selain semangat untuk berbagi kepada sesama, serta menjalin silaturahmi antar kelompok masing-masing, dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Perlombaan 17 AGUSTUS

Seperti biasa, setiap bulan Agustus semua masyarakat Indonesia mulai menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari yang paling bersejarah bagi rakyat Indonesia. Maka setiap tahun beramai-ramai masyarakat Indonesia merayakan 17 Agustus untuk mengenang perjuangan para Pahlawan yang gugur dalam membela bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah dengan mengadakan perlombaan hampir di tiap RT/RW di tiap daerah seluruh Indonesia diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus RT/RW dan dibantu para pemuda setempat.

Perlombaan yang sering diadakan, adalah ;

- Panjat pinang
- Balap bakiak
- Tarik tambang
- Makan kerupuk
- Balap karung
- Perang bantal
- Lari kelereng
- Pengmbilan koin
- dll

Kekompakan adalah kunci utama dalam perlombaan 17 agustus, karena hampir seluruh permainan dilakukan secara kelompok. Dengan adanya perlombaan ini pula kerukunan warga dapat tercipta, sehingga tali silaturahmi warga sekitar dapat terjaga setiap tahunnya.

BATIK

Bersamaan dengan isu tertang mempertahankan sebuah kebudayaan yang telah banyak diakui oleh negara lain, belakangan ini pemerintah indonesia lebih memperhatikan tentang kebudayaan-kebudayaan yang hampir dilupakan oleh generasi jaman sekarang, salah satunya adalah BATIK. Tetapi dengan isu tentang kebudayaan yang terancam punah ini masyarakat serta pemerintah indonesia menjadi sadar akan kebudayaan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, sehingga timbul kesadaran akan menjaga, mempertahankan serta melestarikan kebudayaan Indonesia. Sekarang dapat kita rasakan dampak dari kesadaran itu, misalnya satu hari dalam seminggu istansi perusahaan pemerintah dan sebagian instansi swasta telah mewajibkan para karyawannya untuk menggunakan batik. Selain untuk melestarikan kebudayaan batik, tindakan tersebut juga membantu meni ngkatkan perekonimian terutama pada bidang industri garment khususnya batik, karena permintaan batik yang tiba-tiba melonjak tajam.

Batik adalah seni gambar diatas kain untuk pakaian yang dibuat dengan tehnik resist menggunakan material lilin, kata batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti menulis. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Dalam perkembangannya, batik yang dulu merupakan simbol feodalisme Jawa dimana ada batik untuk raja dan keluarganya serta batik untuk orang kebanyakan, lambat laun kerajinan batik yang disebut dengan batik tulis ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pakaian rakyat yang sangat digemari, baik pria maupun wanita. Semula batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik yang sudah menjadi kain tradisional Indonesia juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Disamping itu, cara pembuatannya juga mengalami perubahan. Selain batik tulis, yaitu batik yang motif batiknya dibentuk dengan tangan, kini juga ada batik cap, batik printing, batik painting dan sablon.



KERIS

Di Indonesia, khususnya Jawa, Sumatera dan Bugis serta Bali, telah mengenal keris sejak jaman Kabudhaan. Dalam budaya Jawa tradisional, keris tidak semata-mataa dianggap sebagai senjata tikam yang memiliki keunikan bentuk maupun keindahan pamor, akan tetapi juga sebagai kelengkapan budaya spiritual. Dalam “Legenda Jawa” dikatakan, bahwa untuk menjadi seorang pria yang sejati, maka seseorang harus memiliki lima hal, yakni sebuah keris pusaka (secara simbolik maksudnya adalah kedewasaan, keperkasaan dan kejantanan), seekor kuda (kendaraan, simbol masa kini adalah motor atau mobil), burung peliharaan (bagi seorang pria Jawa tradisional, ia harus mampu mengolah, menangkap dan menikmati keindahan serta berolah-seni), seorang wanita (seorang istri) dan sebuah rumah. Seorang pria Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau membela negara, perlambangnya adalah keris.

Salah satu keunikan keris adalah kekuatannya pada detil. Hampir setiap detil yang melekat pada keris, baik pada bilahnya, warangka maupun perabotnya semuanya bisa menjadi simbol. Dari ukiran atau pegangan keris pun, pada masa lalu orang bisa menilik derajat dan kepangkatan. Varian ukiran keris Jawa pun, seperti halnya warangka, ada berbagai macam varian. Dalam budaya jawa bagi dalam dua garis besar gaya: Surakarta dan Yogyakarta. Di luar itu, tentu masih ada lagi gaya lain warangka atau ukiran luar Jawa seperti: Madura, Bali, Lombok, Sulawesi, Sumatera.

Keris memiliki 3 bagian, yaitu;

1. Pegangan keris

Pegangan keris ini bermacam-macam motifnya tergantung dari mana keris itu berasal,karena setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, misalnya untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia. Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul. Dan untuk daerah-daerah lainnya seperti Aceh, Riau , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu.

2. Wrangka atau Rangka

Wrangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan) keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, karena bagian wrangka inilah yang secara langsung dilihat oleh umum. Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu;

1. Jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring.

2. Jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya, sedangkan keris wrangka gayaman digunakan dalam perang, pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.

3. Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan.

- Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran).

- Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja. Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan.

- Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk, jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija ,atau keris tidak lazim.

Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah keris. Begitu pula yang terjadi sewaktu pemerintahan Soehatto, tanda mata yang selalu diberikan kepada negara lain ketika berkunjung atau negara kita yang dikunjungi adalah KERIS. Sebegitu berharganya warisan kebudayaan leluhur kita yang harus kita jaga, pertahankan dan lestarikan, agar tetap menjadi warisan kebudayaan yang agung.

Sabtu, 14 November 2009

Kegiatan Sosial "MUDIK"


Lebaran atau hari raya Idul Fitri merupakan hari besar yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam, karena dihari itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan. Di Indonesia lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan atau adat, dimana masyarakatnya sibuk menyiapkan segala sesuatunya, seperti makanan khas lebaran, seperti ketupat dan opor ayam, kue-kue sampai baju baru.

Salah satu bentuk untuk merayakan Lebaran adalah pulang kampung atau lebih dikenal dengan mudik. Agar dapat berkumpul lagi dengan orang tua dan keluarga, jutaan orang mudik dari kota, di mana mereka bekerja atau tinggal, seperti Jakarta menuju ke tanah kelahirannya, yaitu desa. Mereka rela antri berjam-jam untuk mendapatkan tiket bus atau kereta, atau bahkan menyewa mobil. Berdesak-desakkan di dalam angkutan umum, berpanas-panasan di atas sepeda motor dan macet berjam-jam di jalanan merupakan kejadian yang selalu terjadi di setiap tahun (Lebaran). Kerepotan, penderitaan dan kesulitan yang dihadapi selama dalam perjalanan pulang kampung tidak dianggap ada setelah mereka bertemu dengan anggota keluarganya. Orang-orang yang bekerja jauh dengan keluarganya di kota besar sering merasa ada yang kurang dalam hidupnya dan ‘kekurangan sesuatu’ ini dapat ditemukan kembali pada waktu mereka pulang kampung. Oleh karena itu mudik Lebaran, selain menjadi tradisi tahunan, juga memiliki efek perbaikan hidup atau terapi untuk rasa kehilangan bagi mereka yang hidup jauh dari orang tua dan keluarga.

Dalam kenyataannya, perjalanan panjang selama mudik sering menjadi cerita yang menarik untuk diceritakan kepada keluarga. Seperti para pemudik (migrants) yang berasal dari desa yang sama biasanya melakukan mudik bersama-sama, perusahaan di mana mereka bekerja menyediakan bis atau mobil sewaan untuk tenaga kerjanya sehingga mereka dapat pulang dengan lebih nyaman dan merasakan semangat kebersamaan.

Mudik tidak hanya untuk orang Muslim saja tetapi sudah menjadi tradisi tahunan yang tidak dapat dipisahkan dengan komunitas masyarakat Indonesia. Banyak orang yang bekerja dan tinggal di kota besar mudik karena pada Lebaran mereka mendapat liburan yang panjang. Biasanya, mereka akan mengunjungi dan mendoakan leluhurnya yang sudah meninggal di makam. Mudik juga bisa menjadi semacam terapi yang menguatkan hubungan kekeluargaan. Dalam aspek spiritual, mudik akan membangkitkan kesegaran dan tenaga baru bila mereka kembali bekerja di kota. Fenomena tersebut memperlihatkan betapa kuatnya hubungan batin antara penduduk yang hidup di kota dengan penduduk di desa, walaupun telah ratusan hari atau tahunan berpisah. Budaya mudik Lebaran tetap saja lestari.

Budaya Wayang Golek


Wayang adalah budaya luhur yang berfungsi menyampaikan pendidikan, agama, filsafat, etika dan sebagai tontonan. Wayang merupakan pencerminan nilai dan tujuan kehidupan, moralitas harapan dan cita-cita kehidupan. Adanya beberapa jenis wayang disebabkan oleh aspek geografis, sosiologis, budaya, pengaruh tuntutan dalam pertunjukan dan selera. Perkembangan budaya wayang tiap daerah memungkinkan terjadinya perbedaan. Misalnya wayang kulit yang berkembang di daerah Yogyakarta dan wayang golek di daerah Giriharja. Seberapa besar kemajuan dan perkembangan wayang tergantung dari masyarakat pendukungnya.

Di Jawa Barat seni wayang dinamakan Wayang Golek. Artinya, menjalankan seni wayang dengan menggunakan boneka terbuat dari kayu hampir menyerupai muka dan tubuh sosok manusia gambaran wayang. Diantaranya terdapat dua figur ksatria, yaitu :

  • Bimasena:

Bima adalah salah seorang dari Pendawa yang kedua, Bima memiliki nama lain yaitu Bratasena, Bajusuta Kelak, saat dewasa ia dikenal dengan nama Wrekudara Bima tidak pernah menggunakan bahasa yang halus terhadap para dewa sekalipun, Bima memakai bahasa kasar namun kekasaran bahasanya penuh dengan kebijaksanaan.

  • Gatotkaca:

Raden Gatotkaca adalah putra raden Wrekudara [Bima] yang kedua ibunya bernama Dewi Arimbi saat dilahirkan, Gatotkaca berupa raksasa karena sangat sakti sehingga tidak ada senjata yang mampu memotong tali pusarnya dan pada akhirnya hanya senjata raden Karno yang mampu memotongnya istana Gatotkaca bernama Pringgadani atas petunjuk para dewa sewaktu bayi Gatotkaca dimasukkan kedalam kawah Candradimuka, sehingga menjadi sakti [Otot Kawat Balung Wesi]

Figur-figur wayang golek tersebut dibuat ada yang menggunakan patokan (ugaran) dan berdasarekan seni bakatnya sendiri (berdasarkan selera masing-masing). Pembuat wayang selama ini terdapat di daerah Bogor (selacau, Batujajar) dan Cibiru Bandung.

Bagian-bagian seni wayang golek terdiri dari;

  • Dalang, yang memainkan boneka atau golek berdasarkan ceritanya
  • Golek, jumlahnya ratusan
  • Nayaga, group atau orang yang memainkan gamelan, kendang, goong, rebab (alat musk gesek)
  • Juru kawih serta juru alok

Semua bagian tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu dengan lainnya bersinergi sesuai irama dan jalan ceritannya.

Pertunjukan wayang biasanya dilakukan pada saat adanya kenduri baik kawinan maupun hajatan sunatan, Agustusan atau karena hal tertentu (bisanya ini dinamakan ruwatan). Waktunya bisa semalam suntuk atau hanya beberapa jama saja. Isi ceritanya ada yang menganut prinsip galur (diambil secara utuh berdasarkan cerita Ramayana dan Mahabrata) dan ada yang menggunakan prinsip sempalan (mengambil bagian-bagian tertentu yang biasanya menarik penonton seperti; peperangan, dan dialog humor). Pertujukan wayang yang menggunakan prinsip galur waktunya semalam suntuk sedangkan yang sempalan biasanya hanya satu sampai dua jam saja. Apalagi apabila pertunjukannya melalui media televise yang jamtayangnya sangat terbatas mungkin hanya 45 menit saja. Dalam kondisi masyarakat yang aktifitas socialnya tinggi dan menuntut waktu serba cepat, maka pertunjukan yang singkat tapi padat ceritanya dan dialog humornya menarik akan sangat diminati dibandingkan yang menggunakan jalan cerita prinsip galur dengan lama hingga waktu subuh. Bagi masyarakat dari golongan generasi tua dan fanatic terhadap prinsip galur wayang ia akan menyenangi jalan cerita aslinya walaupun telah menontonnya berulang-ulang. Tapi, bagi generasi muda yang haus hiburan serba instant, maka cerita-cerita sempalan adalah paling disukai.