Di Jawa Barat seni wayang dinamakan Wayang Golek. Artinya, menjalankan seni wayang dengan menggunakan boneka terbuat dari kayu hampir menyerupai muka dan tubuh sosok manusia gambaran wayang. Diantaranya terdapat dua figur ksatria, yaitu :
- Bimasena:
Bima adalah salah seorang dari Pendawa yang kedua, Bima memiliki nama lain yaitu Bratasena, Bajusuta Kelak, saat dewasa ia dikenal dengan nama Wrekudara Bima tidak pernah menggunakan bahasa yang halus terhadap para dewa sekalipun, Bima memakai bahasa kasar namun kekasaran bahasanya penuh dengan kebijaksanaan.
- Gatotkaca:
Raden Gatotkaca adalah putra raden Wrekudara [Bima] yang kedua ibunya bernama Dewi Arimbi saat dilahirkan, Gatotkaca berupa raksasa karena sangat sakti sehingga tidak ada senjata yang mampu memotong tali pusarnya dan pada akhirnya hanya senjata raden Karno yang mampu memotongnya istana Gatotkaca bernama Pringgadani atas petunjuk para dewa sewaktu bayi Gatotkaca dimasukkan kedalam kawah Candradimuka, sehingga menjadi sakti [Otot Kawat Balung Wesi]
Figur-figur wayang golek tersebut dibuat ada yang menggunakan patokan (ugaran) dan berdasarekan seni bakatnya sendiri (berdasarkan selera masing-masing). Pembuat wayang selama ini terdapat di daerah Bogor (selacau, Batujajar) dan Cibiru Bandung.
Bagian-bagian seni wayang golek terdiri dari;
- Dalang, yang memainkan boneka atau golek berdasarkan ceritanya
- Golek, jumlahnya ratusan
- Nayaga, group atau orang yang memainkan gamelan, kendang, goong, rebab (alat musk gesek)
- Juru kawih serta juru alok
Semua bagian tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu dengan lainnya bersinergi sesuai irama dan jalan ceritannya.
Pertunjukan wayang biasanya dilakukan pada saat adanya kenduri baik kawinan maupun hajatan sunatan, Agustusan atau karena hal tertentu (bisanya ini dinamakan ruwatan). Waktunya bisa semalam suntuk atau hanya beberapa jama saja. Isi ceritanya ada yang menganut prinsip galur (diambil secara utuh berdasarkan cerita Ramayana dan Mahabrata) dan ada yang menggunakan prinsip sempalan (mengambil bagian-bagian tertentu yang biasanya menarik penonton seperti; peperangan, dan dialog humor). Pertujukan wayang yang menggunakan prinsip galur waktunya semalam suntuk sedangkan yang sempalan biasanya hanya satu sampai dua jam saja. Apalagi apabila pertunjukannya melalui media televise yang jamtayangnya sangat terbatas mungkin hanya 45 menit saja. Dalam kondisi masyarakat yang aktifitas socialnya tinggi dan menuntut waktu serba cepat, maka pertunjukan yang singkat tapi padat ceritanya dan dialog humornya menarik akan sangat diminati dibandingkan yang menggunakan jalan cerita prinsip galur dengan lama hingga waktu subuh. Bagi masyarakat dari golongan generasi tua dan fanatic terhadap prinsip galur wayang ia akan menyenangi jalan cerita aslinya walaupun telah menontonnya berulang-ulang. Tapi, bagi generasi muda yang haus hiburan serba instant, maka cerita-cerita sempalan adalah paling disukai.
0 komentar:
Posting Komentar